Kenapa Indonesia dikuasain motor bebek?

Bicara soal dunia motor tanah air tentu gak lepas dan gak akan jauh dari motor cube atau disini lebih di kenal dengan sebutan bebek. Hampir semua ATPM menjadikan motor bebek sebagai dagangan utamanya. Setau ane cuman Bajaj yang kagak ternak jualan bebek disini :D. Malah bisa dibilang Indonesia adalah pusat peternakan perkembangan motor bebek di dunia. Asumsi ane didasarkan pada merajanya pembalap-pembalap Indonesia di ajang bebek-bebekan internasional. Silahkan liat daftar juara FARRC kelas bebek, dijamin Indonesia yang paling dominan, kalo kelas supersport ya mbuh :D. Blum lagi angka penjualan bebek yang fantastis di Indonesia.

Bebek balap, dijamin pedes 😀

Lantas kenapa sih bebek menjadi begitu digdaya di bumi pertiwi kita ini? Ada beberapa faktor yang ane liat menjadi biang kerok utamanya. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah postur tubuh masyarakat Indonesia, tingkat daya beli, dan karakteristik masyarakat pengguna sepeda motor di Indonesia tercinta ini. Bicara soal faktor postur tubuh tentu saja gak bisa dipungkiri kalo orang Indonesia pada umumnya itu imut-imut alias gak gede-gede amat, tentunya dengan postur tubuh yang kecil orang sini lebih cocok naik motor berukuran kompak, salah satunya adalah bebek. Coba anda bayangkan orang Indonesia berpostur 165cm naik motor Yamaha R1?? Sekalipun tuh orang mampu beli tapi ya lucu jadinya klo diliat, dan kemungkinan doi jadi kelabakan bawa motornya. Selain bebek sebenrnya masih ada matik berkubikasi kecil, sayangnya orang sini dah keburu keracunan bebek, makanya se kenceng-kencengnya penjualan matik gak pernah ngalahin bebek, setidaknya hingga saat ini, hehe.

Kalo ane sih pantes naik moge 1400cc juga, cuman dompetnya yang ga pantes 😀

Selanjutnya adalah soal daya beli, mau gak mau kita harus terima kenyataan klo masyarakat kita masih memiliki tingkat pendapatan perkapita yang rendah sementara di sisi lain butuh banyak dana untuk bisa bertahan hidup, apalagi di kota besar. Jakarta kerass boss :D. Bicara soal motor, praktis cost produksi untuk bikin motor bebek tentunya tidak sebesar motor sport. Dengan kapasitas mesin kecil, sasis yang simple, dan body plastic motor bebek bisa dijual murah. Bagi mereka yang menjadikan sepeda motor sebagai sebuah kebutuhan transportasi semata dan tidak memperdulikan aspek value dr motor itu sendiri, sudah tentu bebek jadi primadona. Dengan harga 12 jutaan kita dah bisa nebus satu bebek cabe ijo 110-115cc. Bagi mereka yang uangnya gak luber, tentu beli motor bebek bisa jadi pilihan yang bijak di banding motor sport berharga mahal, uang yg lain bisa di saving atau untuk kebutuhan yang lain. Kasus ini beda dengan di Malaysia misalnya, sekalipun mereka amit-amit imut-imut, namun dengan pendapatan yang tinggi dan uang yang luber mereka bisa aja beli moge-moge berharga mahal.

Yang terakhir adalah karakteristik masyarakat Indonesia, sudah umum rasanya klo orang sini itu hobynya bawa motor srantal-sruntul, suka yang irit, mesin bandel, dan sparepart murah. Semuanya dijamin ada di motor bebek. Dengan body yg ramping motor bebek sukses buat menteror nyelap-nyelip diantara kemacetan. Dengan mesin yang tidak besar otomatis konsumsi bensin pun irit, dan teknologi yang bisa dibilang jadul bikin sparepart gak mahal2 amat. Semuanya itu berakumulasi selama sekian puluh tahun, sehingga motor bebek terlanjur jadi primadona, sehingga sekalipun ada motor sport yang harganya murah dan punya value lebih tapi orang sini tetep pilih bebek. Itulah kenapa motor sport rakitan indiahe yg keren dan murah kalah tenar disini dibanding sebuah ayam jago ber cc 150 rakitan jepang (tau dong motor apa? :D)

Jadi intinya, selama masyarakat sini masih doyan bebek maka yang paling banyak dijual tentu saja bebek. Dimana ada demand maka disitu ada supply. Saat ini mungkin para bike entushiast tanah air cukup ngelus dada aja ngeliat launching KTM duke di Malaysia dan Yamaha R15 di Indiahe sementara tanah air masih jadi ajang peternakan jualan bebek :D. Selamat menikmati bebek 😀

 

About Azdi - SociusRider

Motorcycles make us dream. They have different colours, they have different sounds. They have shapes that sometimes show what inspired their designers. Sometimes these creations are real works of art that turn the designer into an artist. (Claudio Castiglioni)

Posted on September 6, 2011, in Motorcycle Stuff, News and Opinion. Bookmark the permalink. 12 Komentar.

  1. saya sich masiih cinta matic,,, joss gak perlu ganti2 gigi gak capek buat macet2n,,, harganya yagh gak mahal2 amat lah,, hhhhha

    tapi jujur kalo gak kepepet waktu lebih suka kkendaraan umum kyak busway or kreta ac 😛
    belom bisa beli mobil gan buat ngampus bar ademmm wkwk

  2. apapun motornya enaknya safety first

  3. Ikut nyimak sambil ngupi diatas pu,un nangka.

  4. Pak Bambang Nunggang Byson

    apik apik apik

  5. bebek balap pacuan Harlan Fadillah (27)

  6. thesmilingchickpea

    Nice lagi nih .. bebek murah, matic murah, lama2 ni country bs jd TPA kyk di pilm Wall-E .. klo ane ngeliatnya selain faktor2 yg agan sebutkan, bebek emg udh dr dulu jd santapan favorit orang2 indonesia (lalapan bebek goreng) 😀

  7. karena harga motor bebek terjangkau gan

  8. Sy g suka bebek, sukanya sapi

Tinggalkan Balasan ke mandirajati Batalkan balasan

bennythegreat.wordpress.com

the past that build the present and design the future

KheziaMetta

Framing Life, Capturing Souls

Aripitstop.com

otomotif news

Maskurblog

Kembali Ke Mode Gratis

BAPAKE VALKYLA'S BLOG

Sekedar Coretan di Kala Senggang

Triyanto Banyumasan Blog's

Belajar dan Terapkan

@ndaholmes's Blog

A topnotch WordPress.com site

DWI OKTA NUGROHO

Lebih Baik Beruntung daripada Pintar

Yayuk Sentul's Blog

A Project of Yayuk Sentul's Diarrheea... (Diary maksudnya)

Sufi Muda

Menemukan Tuhan Dalam Keseharian

Edo Rusyanto's Traffic

Edo Rusyanto's Traffic

Joe Trizilo

Personal Blog

learningfromlives.wordpress.com

Gubuk kecil untuk belajar dan berbagi pemikiran.

Cafebiker

Tempat nongkrongnya para biker...dan kafeinisme...